Di mata orang awam, bekerja di tempat hiburan malam seperti karaoke, diskotek, atau bar, memang identik dengan hal-hal negatif, terutama bagi wanita. Padahal, banyak juga hal positif yang didapat dari bekerja di tempat seperti itu. Di Jambi, banyak karyawati di tempat hiburan malam atau waitress yang sukses dengan profesinya itu.
Nah, hal itulah yang menjadi penyebab karyawati diskotek dan tempat hiburan lainnya sering mendapat tanggapan miring mereka yang tidak paham seperti apa pekerjaan itu. Bahkan mereka sering dianggap sebagai pekerja seks komersial (PSK). Padahal, mereka datang ketempat itu hanya semata untuk bekerja dan mencari nafkah.
Betti Artika, seorang waitress yang bekerja di Diskotek DB dan karaoke pertama di Kota Jambi, di lantai 4 Novotel, mengatakan bahwa bekerja di sebuah diskotek pada awalnya penuh tantangan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap pekerjaan itu, karena jam kerjanya pada malam hingga pagi hari.
“Pada awal-awal kerja, banyak yang tanya, kerja apa sih Betti itu, kok pulangnya sampai pukul 03.00 pagi?” katanya mengulang kata orang–orang di sekitar tempat tinggalnya.
Tugas Betti di tempat kerjanya adalah mengantar semua pesanan pengunjung seperti minuman atau makanan. Tak ubahnya petugas atau pelayan restoran dan cafe. “Sama dengan pelayan restoran lainnya, hanya saja ini tempat hiburan dan kerjanya pun pada malam hari. Itu saja bedanya,” jelas Betti.
Soal anggapan miring terhadap pekerjaannya, Betti mengakui. Namun dia berusaha sabar dan tabah. Satu hal yang tetap diyakininya adalah prinsip dan tekad benar-benar mencari nafkah. “Kalau kita ingin macam-macam, tidak hanya di tempat hiburan, di luaran sana juga bisa,” katanya.
Betti dan karyawan lainnya mulai bekerja pukul 19.00 WIB hingga 03.00 dini hari. “Saat itu kan orang-orang sudah pulang bekerja, tapi saya baru masuk kerja. Saat orang terlelap tidur, kita baru pulang. Jadi wajar orang curiga kerja apa,” katanya.
Nah, untuk menepis imej negatif tersebut, Betti punya cara tersendiri. Dia selalu berusaha menjelaskan dan menunjukkan sikap baik kepada masyarakat. Penampilan atau pergaulan juga sewajarnya. “Orang kan akan melihat penampilan dan cara kita bergaul. Dari situ mereka akan yakin kita benar-benar bekerja,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga bisa melihat dan menilai sendiri pekerjaan dari hasilnya. Kalau karyawan seperti dirinya hanya punya penghasilan pas-pasan, tentu kehidupannya sederhana. Berbeda dari wanita penghibur atau biasa disebut PSK. Penampilan mereka mencolok, seksi, dan suka berdandan. Selain itu, hasil yang mereka peroleh pun lebih besar. “Sudah sepuluh tahun saya bekerja, gajinya pas-pasan. Kalau wanita penghibur itu, sepuluh tahun mungkin sudah punya rumah, mobil, dan lainnya. Saya cukup untuk kebutuhan keluarga saja,” ungkapnya.
Bukan hanya Betti yang merasa sering mendapatkan anggapan miring dari orang-orang sekitar. Yesi Apriyani (27), karyawati bagian kasir Pangeran Karaoke, lantai 5 Novotel, juga mengalami hal yang sama. Penyebabnya sama, karena jam kerjanya pada malam hingga pagi hari. “Memang benar, orang-orang akan curiga kalau pergi malam pulang pagi, apalagi wanita,” katanya.
Padahal, menurut Desi, dia hanya bekerja sebatas yang ditugaskan kepadanya. “Selama di sini saya hanya di bagian kasir. Terus pulang diantar sopir bersama karyawati lainnya. Sampai di rumah langsung istirahat, dan tidak penah bergaul dengan orang yang tidak benar,” jelasnya.
Menurut Yesi, di diskotek atau tempat hiburan memang benar ada wanita yang bekerja “khusus” atau PSK. Namun mereka berbeda dari karyawan lainnya. Dari segi penampilan, kelihatan. “Kita pakai seragam, tapi kalau mereka (PSK) itu baju-bajunya bagus, seksi, dan mahal-mahal. Kita mana sanggup beli baju seperti itu,” katanya.
Emi Yendra Wati, waitress dan kasir di Swan Karaoke, lantai 4 WTC Batanghari, juga mengungkapkan hal sama. Saat ditemui koran ini, Emi terlihat menjalankan tugasnya di meja kasir. Apalagi kalau bukan menerima pembayaran pengunjung.
Karena jam kerjanya malam hingga pagi hari, wanita asal Padang itu mengaku sering mendapatkan tanggapan miring dari orang-orang sekitar. Namun dia mengaku cuek dan berusaha tetap bertahan menjalani pekerjaannya, sebab niatnya bekerja benar-benar ingin mencari nafkah. “Tugas saya hanya sebagai waitress dan terkadang sebagai kasir, tidak ada yang lain,” katanya. Sebagai wanita yang bekerja di tempat hiburan malam, Emi, harus bisa menjaga diri sendiri. “Tergantung niatlah. Kalau niat mau kerja, ya jalanilah dengan betul,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar
eeeithh...."jangan lupa coment nyaaaaa"